BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kegiatan
budidaya tanaman dalam prakteknya selalu terkait dengan keberadaan OPT karena
tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Keberadaan OPT yang berada
pada lahan pertanian bisa disebabkan oleh adanya hama, penyakit, maupun gulma.
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari
berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang.
Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya.
Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti
Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.
Tumbuhan
menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau
dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya
penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi
antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen
mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen
mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Interaksi
ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya
disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi sebanding dengan
total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit.
Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang tidak
menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka segitiga penyakit dan
jumlah penyakit akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika tuimbuhan rentan,
pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam rapat, maka sisi
inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan bertambah besar.
Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan
dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah
potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan yang
membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat
menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih
panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.
Jenis
patogen yang menyerang diantaranya adalah dari golongan jamur. Jamur adalah
salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian
tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan
menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan
menyebabkan bercak–bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan
keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan
ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Melihat
fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya yang terserang Jamur, untuk itu
sangat pentingnya dalam matakuliah Layanan Klinik Tanaman khususnya tentang
Pengenalan Jamur dan Serangannya. Dengan tugas ini kita dapat mengetahui
morfologi jamur, gejala serangan dan juga pangendalian serangan jamur sehingga
dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang jamur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jamur
Jamur
merupakan mikrorganisme yang mempunyai dinding sel, umumnya tidak bergerak,
tidak mempunyai klorofil serta tidak mampu melakukan proses fotosintesis atau
menghasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air (organisme heterotrof).
Klasifikasi jamur terbagi atas Divisio Oomycotina, Divisio Zygomycotina,
Divisio Ascomycotina, Divisio Basidiomycotina, dan Divisio Deuteromycotina
(Robinson, 2001).
Sifat
hidup jamur terbagi atas :
- Saprofit yakni sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
- Parasit yakni fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat parasit , kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit.
- Simbion yakni jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
B.
Penyakit
Tanaman Disebabkan Jamur
Jamur dan kapang pada hakikatnya sama, hanya
saja perbedaan jamur dan kapang, jamur ukurannya lebih besar dan bisa dilihat
oleh mata kita sedangkan kapang harus menggunakan alat bantu mikroskop.
Penyakit
tanaman yang disebabkan oleh jamur pada dasarnya banyak jenis dan banyak juga
responsnya terhadap tanaman yang kita budidayakan. untuk itu pembahasan
kali ini hanya membahas beberapa dampak saja :
Beberapa penyakit yang
di sebabkan oleh jamur :
PENYAKIT
|
PATOGEN
|
INANG
|
Karat
batang
|
Puccinia
graminis tritici
P.graminis
avenae
P.
Graminis secalis
|
Gandum,rerumputan
|
Karat
daun
|
P.triticina
|
Gandum
|
Karat
Garis
|
P.glumarum
|
Gandum
|
Karat
mahkota
|
P.coronata
|
Oat
rerumputan
|
Cacar
teh
|
Exobasidium
dexans
|
Teh
|
Kangker
belah
|
Armillaria
fuscipes
|
Pangkal
batang kopi,teh
|
Bulu
kuda
|
Marasmius
equicrinis
|
The,karet,rosella
|
Pangkal
batang
|
A. Mellea
|
Jeruk
|
Akar
merah bata
|
Poria
hypolateritia
|
Teh
|
Akar
coklat
|
Fomes
noxius (sin.phellinus lamaensis)
|
Kopi
|
Akar
merah anggur
|
Ganoderma
pseudo ferreum
|
Teh
|
Lak
|
G.lucidum
|
Pohon
pelindung
|
Kayu
mati
|
G.
aplanatum
|
Tonggak
kayu mati
|
Karat
|
P.
malvacearum
|
lapas
|
|
p.thwaitesii
|
gandarusa
|
|
p.cinnamomi
|
Kayu
manis
|
|
P.
arachidis
|
Kacang
tanah
|
|
P.asparagi
|
asparagus
|
Karat
buncis
|
Uromyces
phaseoli
|
Buncis
|
Akar
putih
|
Fomes
lignoses ( sin leptoporus lignoses )
|
Karet
|
Sapu
|
M,periniciosus
|
Kakao
|
Karet
apel-cedar
|
Gymnosporangium
Juniperrivirginiae
G.glabosum
|
Apel
|
Antraknosa
|
Colletotrichum
capsici
|
Cabai
|
garis kuning pada daun
|
Fusarium
oxysporum
|
|
batang dry basal rot
|
Ceratocyctis
paradoxa
|
Buah
tanaman
|
busuk tandan
|
Marasmius
palmivorus sharples
|
Kelapa
sawit
|
Akar Putih
|
Rigidoporus
lignosus
|
Karet
|
Bulai
(Downy mildew)
|
Peronosclerospora
maydis (Racib) Show
|
Jagung
|
Pustaka : Triharso. 2004.
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
PENYAKIT BULAI (DOWNY MILDEW) PADA JAGUNG
Gejala
1. Adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih sampai kuning diikuti garis-garis klorotik sampai coklat pada infeksi lebih lanjut.
2. Tanaman kerdil dan tidak menghasilkan.
3. Bila terjadi infeksi terlambat, tanaman masih menghasilkan tetapi bulir-bulirnya terinfeksi patogen.
1. Adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih sampai kuning diikuti garis-garis klorotik sampai coklat pada infeksi lebih lanjut.
2. Tanaman kerdil dan tidak menghasilkan.
3. Bila terjadi infeksi terlambat, tanaman masih menghasilkan tetapi bulir-bulirnya terinfeksi patogen.
Penyebab Penyakit
Jamur Peronosclerospora maydis (Racib) Show. Jamur memiliki miselium yang berkembang dalam ruang antar sel. Konidiafora (penyangga konodia) dibentuk pada mulut daun, dan memiliki percabangan dikotom. Konidia berbentuk bulat, dibentuk diujung percabangan konidiafora.
Jamur Peronosclerospora maydis (Racib) Show. Jamur memiliki miselium yang berkembang dalam ruang antar sel. Konidiafora (penyangga konodia) dibentuk pada mulut daun, dan memiliki percabangan dikotom. Konidia berbentuk bulat, dibentuk diujung percabangan konidiafora.
Pembentukan konidiafora dan pelepasan konidia
terjadi pada waktu malam hari. Jamur penyebab penyakit bulai pada jagung tidak
dapat diisolasi pada media buatan
Penularan
Penularan Jamur dapat melalui udara atau melalui benih. Infeksi melalui udara ditandai dengan timbulnya gejala pada daun muda yang mengalami klorotik sedangkan daun tua masih berwarna hijau. Tanda-tanda infeksi melalui benih terlihat pada bibit muda yang memperlihatkan klorotik pada seluruh daun dan tanaman cepat mati. Pada permukaan bawah daun yang terinfeksi banyak terbentuk spora dan terlihat seperti tepung putih
Penularan Jamur dapat melalui udara atau melalui benih. Infeksi melalui udara ditandai dengan timbulnya gejala pada daun muda yang mengalami klorotik sedangkan daun tua masih berwarna hijau. Tanda-tanda infeksi melalui benih terlihat pada bibit muda yang memperlihatkan klorotik pada seluruh daun dan tanaman cepat mati. Pada permukaan bawah daun yang terinfeksi banyak terbentuk spora dan terlihat seperti tepung putih
Daur Penyakit
Pada malam hari jamur membentuk
konodiapora dan kemudian diikuti pembentukan konidia secara serentak. Setelah
beberapa saat konidia dilepaskan dan konidia akan mengadakan penetrasi melalui
mulut daun (stomata). Sejak penetrasi sampai dengan timbulnya gejala (masa inkubasi)
berkisar antara 9 – 11 hari.
Patogen dapat bertahan di dalam biji, tetapi sumber
penularan primer berasal daritanaman jagung yang terserang. Penyakit ini
merugikan pada pertanaman jagung di dataran rendah, dan tidak diterdapat pada
ketinggian diatas 900 m diatas permukaan laut. Perkembangan penyakit sangat
dibantu oleh kondisi cuaca lembab dan panas.
Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penanaman secara serempak
2. Menanam varietas jagung yang tahan (resisten) terhadap penyakit bulai,
3. Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida metalaksil,
4. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit,
5. Melakukan perbaikan aerasi dan darinase tanah agar keadaan lahan tidak lembab,
6. Pergiliran tanaman dengan yang bukan sefamili.
Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penanaman secara serempak
2. Menanam varietas jagung yang tahan (resisten) terhadap penyakit bulai,
3. Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida metalaksil,
4. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit,
5. Melakukan perbaikan aerasi dan darinase tanah agar keadaan lahan tidak lembab,
6. Pergiliran tanaman dengan yang bukan sefamili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar