BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
belakang
Seperti kita ketahui bahwa tanaman
adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama
bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut
dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun
sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain
yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha
agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan
organism pengganggu tanaman. Dalam agroekosistem, tanaman yang kita usahakan
dinamakan produsen, sedangkan herbivore yang makan tanaman dinamakan konsumen
pertama, sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua.
Herbivora yang ada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan. Ada
herbivore yang keberadaanya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivore yang
keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman
yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya di tanaman tidak
menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivore tersebut belum berstatus
hama.
Hama adalah semua herbivore yang dapat
merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan
hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya,
bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu
dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang
Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis
hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan
tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakkukan kesalahan dalam mengmbil
langkah/tindakan pengendalian.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari 2
sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, begitu juga penyakit tanamannya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh
karena hilangnya hasil ternyata dapat juga melalui cara lain yaitu menimbulkan
gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam
hasil pertanian tersebut.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan
tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia biotic
(fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya
harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan
pathogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga,
umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sis sebanding
dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya
penyakit.
Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat
tahan, umumnya pada tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam
yang lebar maka segitiga penyakit dan jumlah penyakit akan kecil atau tidak
ada, sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau
dengan jarak tanam rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial
penyakit akan bertambah besar. Dengan cara yang sama, pathogen lebih virulen,
dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi pathogen akan
bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan
lebih menguntungkan yang membantu pathogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan
angin yang dapat menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan
menjadi lebih panjang dan jumlah potensial penyakit, hama, serta gulma lebih
besar dalam menurunkan produktifitas tanaman yang dibudidayakan.
Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam
pathogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi
penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam pathogen
tumbuhan, begitu pula satu macam pathogen ada kemungkinan dapat menyerang
sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa pathogen tumbuhan
tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang
berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari
penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan
klasifikasi penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing, sampai
sekarang kita telah mengenal berbagai kriteria
yang digunakan untuk maksud tersebut. Dengan demikian klasifikasinya
dapat digolongkan berdasarkan antara lain:
·
Bagian-bagian tanaman yang terserang
seperti penyakit akar, penyakit buah, penyakit batang, penyakit daun dan
sebagainya.
·
Macamnya tanaman yang terserang seperti
penyakit tanaman pangan, penyakit tanaman sayuran, penyakit tanaman bunga
bungaan, penyakit tanaman hutan dan sebagainya.
·
Tanda penyakit dan gejala penyakit yang
disebabkannya seperti penyakit karat, gosong, luka api tepung, layu, bercak
coklat, busuk buah dan sebagainya.
·
Penyebaran pathogen tumbuhan sebelum
mengadakan infeksi di lapangan seperti penyakit yang ditularkan oleh tanah,
air, serangga, biji, dan sebagainya.
·
Macamnya penyebab penyakit.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman pangan
berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.
Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).
Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa.
Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa
oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una,
suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang
banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Kacang tanah
memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis.
Kendala dalam budidaya kacang tanah yang
menyebabkan rendahnya produktivitas kacang tanah antara lain adalah serangan
gulma,hama dan penyakit. Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah
dengan menggunakan pestisida atau bahan sintetik lainnya yang tidak ramah
lingkungan. Upaya Pengendalian Hama Terpadu PHT yang mengintegrasikan komponen pengendalian
yang selaras diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga
pendapatan petani.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan
Bahan
Alat :
ü
Cangkul/parang : Untuk membersihkan lahan
ü Paranet/kasa :
Untuk pengendalian secara fisik
ü Karung :
Untuk pupuk kandang dan tanah
Bahan :
ü Pestisida(Insektisida) :
Untuk pengendalian secara kimia
ü Pupuk
kandang : menggemburkan tanah dan
memberikan unsur hara
ü Benih
jagung dan kacang tanah :
komoditi yang ingin ditanam dan di
amati
Menyiapkan
Lahan, alat dan bahan
|
Melakukan
penanaman jagung dan kacang tanah
|
Variabel
I(Jagung)
|
o
Tanam jagung
o
Amati hama, penyakit dan gulma
o
Pengendalian fisik (alat perangkap untuk
hama,eradikasi untuk penaykit dan gulma dicabut dengan tangan)
|
Catat
hasil pengamatan
|
Buat
laporan
|
Dokumentasikan
|
Lakukan
pengamatan
|
Variabel II(Kacang tanah
|
o
Tanam kacang
o
Amati hama, penyakit dan gulma
o Pengendalian
fisik (alat perangkap untuk hama,eradikasi untuk penykit dan gulma dicabut
dengan tangan)
|
TEMPAT PELAKSANAAN
Praktikum dasar-dasar ilmu hama dan
penyakit dilaksanakan pada Bulan April 2013, dengan lokasi di daerah KM4
jelarai tanjung selor
BAB IV
PEMBAHASAN
PEDOMAN BUDIDAYA
4.1 Pembibitan
1)
Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a)
Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b)
Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c)
Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d) Murni
atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e)
Kadar air benih berkisar 9-12 %.
2)
Penyiapan Benih
Penyiapan
benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)
Benih dilakukan secara generatif (biji).
b)
Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan
tertutup rapat.
c)
Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang
konstan.
d) Benih
diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai
Sertifikasi Benih.
e)
Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai
berikut:
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)
a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)
c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)
q = Jarak dalam barisan (m)
B = a x b x c kg
100 x p x q
B = bobot benih (kg)
a = Jumlah benih/lubang;
b = Bibit per-1000 biji (g)
c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)
p = Jarak antar barisan (m)
q = Jarak dalam barisan (m)
4.2 Pengolahan Media Tanam
1)
Persiapan
Pengukuran
luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan.
Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang
tanah.
2)
Pembukaan Lahan
Pembukaan
lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma
(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan
lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan
inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan
hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan
dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu
sampai tanah siap untuk ditanami.
3)
Pembentukan Bedengan
Untuk
memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang
telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan
untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30–40 meter. Sedangkan untuk
tanah datar, luas bedengan adalah 10 – 20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan
bedengan antara 20–30 cm.
4)
Pengapuran
Untuk
menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu
dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat
pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata.
Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.
Pemberian
pupuk hayati MiG-6PLUS saat pratanam (3hari sebelum tanam).
Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
Berikan pupuk hayati MiG-6PLUS pada permukaan lahan dengan cara di semprot/disiramkan secara merata, dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering, aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari.
5)
Pemupukan
Pemupukan
adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis
pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60–90 kg ditambah TSP=60–90 kg
ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk
dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.
4.3. Teknik Penanaman
1)
Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman
harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang
tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada
tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20
cm.
2)
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam
dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di
atas.
3)
Cara Penanaman
Pilih benih
kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau
dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling
baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat
dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September
(palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi
rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian
benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1)
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya
lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah
tanam).
2)
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang
ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.
3)
Pembubunan
Pembubunan
dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk
gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman.
4)
Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha
ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan
pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.
Pemberian
pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan pada usia 3 minggu dan 6 minggu setelah
tanam, apabila menggunakan benih berumur menengah atau panjang (90-120hari),
diperlukan tambahan pupuk MiG-6PLUS pada usia 9 minggu. Pemberian masing-masing
2 liter per hektar.Pemberian larutan MiG-6PLUS di tanah disekitar perakaran.
5)
Pengairan dan Penyiraman
Pengairan
dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau
diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyiraman,
karena dapat menggganggu penyerbukan.
6)
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Tanah
Hama tanaman kacang tanah :
Hama tanaman kacang tanah :
a.
Uret
Gejala:
memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.
Pengendalian:
olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam
serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke
tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b.
Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun
terlipat menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat
memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.
Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d.
Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala:
menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e.
Kumbang Daun
Gejala: daun
tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian:
(1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.
Penyakit tanaman kacang tanah :
a)
Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab:
bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.).
Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b)
Penyakit sapu setan
Penyebab:
Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala:
bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang
menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang
dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam
tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural
BVR.
c)
Penyakit Bercak Daun
Penyebab :
Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola.
Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d)
Penyakit Gapong
Penyebab:
diduga Nematoda.Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk.
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e)
Penyakit Sclerotium
Penyebab:
cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu.
Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f)
Penyakit Karat
Penyebab:
cendawan Puccinia arachidis Speg.Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak
coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian:
gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.
Gulma
Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh
pada tempat yang tidak diinginkan. Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah
sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh
dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Biasanya
bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang bisa
tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya
walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa,
bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika
ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga
kuning menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan
ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma yang seperti konvolvulus, harus
diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang tercecer akan tumbuh sebagai
tanaman baru. (Sukman, 1991)
Gulma
mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :
1.
Persaingan
antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi
persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang
lingkup.
2.
Pengotoran
kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
3.
Allelopathy
yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang
lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.
Gangguan
kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus
spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
5.
Perantara
atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra
dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Identifikasi hama, penyakit serta gulma pada
tanman yang dibudidayakan dilapangan mengefektifkan pengendalian untuk
memperoleh hasil yang optimal yang digunakan untuk mengendalikan atau mencegah
populasi organisme pengganggu dan mengurangi kerusakan yang ditimbulkannya,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada beberapa macam pengendalian
disesuaikan dengan hasil identifikasi hama,penyakit dan gulma.
Pada percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa serangan OPT pada variabel I dan II dapat
direkomendasikan. Produktifitas hasil
dipengaruhi gangguan dilapangan
LAMPIRAN
Ageratum conyzoides
Cyperus
rotundus
Imperata cylindrica
Gryllidae
Penyakit Karat
Pembakaran
Lahan
Penugalan
Lubang Tanam
Pemberian Pupuk
Tanaman Kacang Tanah Fase Generatif
Nephrolepis biserata
Mimosa pudica
Imperata
cylindrical
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous.2011.
http://isroi.wordpress.com/2008/06/02/pengendalian-hama-dan-penyakit-
dengan-pestisida-nabati/. 5 Desember 2011
Tim Dosen Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. 2011. MODUL PENUNTUN
PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. FP UB 2011. Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar