Jumat, 06 September 2013

LAPORAN PRAKTEK FISIOLOGI TANAMAN

BAB I
 PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan dengan nama ilmiah Capsicum sp. Tanaman cabai memiliki banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buah. Pada umumnya masyarakat hanya mengenal beberapa jenis saja, yaitu cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya Kalori,Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
Cabe bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabe.  Cabe berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia.  Cabe merupakan komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.  Sehingga tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran sangat besar.  Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga cabai tidak pernah mantap (fluktuatif).  Di beberapa daerah sentra produksi, harga berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan.  Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi.  Sebaliknya bila barang sedang membanjir harga bisa turun drastis.  Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu cabe menurun dan cabe tidak tahan lama disimpan.





B.  Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai setelah dilaksanakan praktikum lapangan ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui syarat tumbuh dari tanaman cabe rawit
2.    Untuk mengetahui cara berbudidaya tanaman cabe rawit
3.    Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan dari panen hingga pasca panen
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Cabe rawit  sering juga disebut Hot Chili, cabe kecil atau “lombok jempling”.  Seperti halnya cabe besar, cabai rawit juga ada beberapa macam tetapi umumnya dikelompokkan menjadi tiga jenis :
•    Cabe kecil/mini/jemprit
Sesuai dengan namanya bentuk buah cabe rawit ini kecil dan pendek, panjangnya hanya 1-2 cm saja. Buah muda biasanya berwarna hijau  dan berubah menjadi merah tua kecoklatan bila masak.  Walaupun kecil tapi cabe rawit ini mempunyai rasa paling pedas di antara semua cabe rawit.
•    Cabe rawit putih
Cabe rawit yang bentuk buahnya langsing dan mempunyai ukuran rata-rata 4-6 cm.         Buahnya berwarna kuning keputih-putihan bila masih muda dan berubah menjadi merah kekuningan setelah masak.  Menurut beberapa pedagang  , cabe rawit jenis ini paling enak bila digunakan sebagai sambal bakso.  Bahkan pabrik saus lebih suka menggunakan cabe rawit putih ini , karena warna sausnya tidak kotor.  Konsumen di Jawa Timur paling menyukai jenis cabe rawit ini
•    Cabe rawit hijau
Buah cabe rawit hijau ini besar dan gemuk, dengan panjang sekitar 3 –4 cm.  Sesuai dengan namanya, waktu muda buahnya berwarna hijau tua dan berubah menjadi merah tua setelah masak  Rasa dari cabe rawit hijau ini lebih pedas dari cabe rawit putih , tetapi masih kalah dengan cabe rawit kecil.  Umumnya konsumen di Jakarta dan Bandung yang lebih menyukai cabe rawit ini.

1.2.    Syarat Tumbuh Cabe Rawit
Cabe dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 200 m di atas permukaan laut.  Tetapi bila udara sangat dingin sampai embun membeku (frost) mungkin tanaman akan mati.  Penanaman cabe pada waktu musim kemarau dapat tumbuh dengan baik, asal mendapat penyiraman cukup .  Temperatur yang baik untuk cabe adalah sekitar 20 o – 25 o C.  Bila temperatur sampai 35 o C pertumbuhan kurang baik.  Sebaliknya bila temperatur di bawah 10 o C, pertumbuhan kurang baik bahkan dapat mematikan.
Curah hujan pada waktu pertumbuhan tanaman sampai akhir pertumbuhan yang baik sekitar 600-1250 mm. Bila curah hujan berlebihan dapat menimbulkan penyakit , terbentuknya buah kurang dan banyak buah yang rontok  Tanah yang tergenang air walaupun dalam waktu yang tidak terlalu lama , dapat menyebabkan rontoknya buah. Kekurangan hujan , dan tidak ada pengairan juga dapat membuat tanaman cabe menjadi kerdil.  Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi , sehingga tanaman akan kekurangan air.  Akibatnya kuncup bunga dan buah yang masih kecil banyak yang rontok.
Cabe rawit dapat ditaam di segala jenis tanah asal gembur, cukup unsur hara dan tidak tergenang air.  Tanah yang asam kurang baik untuk pertumbuhan cabe, maka perlu ditaburi kapur.  Tanah yang baik bila mempunyai pH  sekitar 6,5 .
1.3.    Budidaya Cabe Rawit
Cabe rawit dapat ditanam baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, pada musim kemarau maupun musim hujan.  Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah yang subur dan gembur , cukup mengandung bahan organik,humus dan tersedia saluran pembuangan air yang baik.
1.  Pembibitan
Biji cabe rawit harus disemaikan lebih dulu sebelum ditanam.  Untuk mempercepat pertumbuhannya , biji cabe sebaiknya direndam dahulu dalam air selama 24 jam sebelum ditanam.  Perlu diperhatikan bahwa biji cabe yang baik adalah biji yang betul-betul masak dan kering.  Cara menyemai biji cabe bermacam-macam , ada yang menggunakan kotak pesemaian, pesemaian di lapangan, kantung plastik atau kantung dari daun kelapa, enau, pisang dll.  Tanah yang digunakan untuk pesemaian menggunakan tanah yang subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.  Pesemaian sebaiknya menggunakan atap dari daun rebu, daun kelapa maupun daunan lainnya agar suasana menjadi lebih lembab dan tanaman tidak terkena sinar matahari langsung.  Atap dapat dibuka atau ditutup menurut keperluan.  Kalau pagi sampai jam 10.00 atap dibuka, kemudian sesudah panas lebih dari jam 10.00 atap ditutup kembali .  Kalau persemaian dibuat dalam kotak kecil dapat dimasukkan dalam rumah.
2.   Pengolahan Tanah
Tanah harus dibajak dan dicangkul cukup dalam.  Maksud pencangkulan tanah adalah untuk membalik tanah dan menggemburkan tanah.  Tanah liat walaupun sudah dicangkul  atau dibajak menjadi gembur , cangkul lebih dalam (30-40 cm) dan diberi pupuk organis, misalnya kompos atau pupuk kandang dan dapat ditambahkan pasir.  Bila pupuk organis jumlahnya terbatas, maka pemberiannya cukup pada jarak 60 x 60 cm.  Pupuk organik, pasir dan tanah dicampur merata.  Pupuk organik selain menggemburkan tanah juga dapat menambah unsur hara .  Pupuk organik yang diberikan sebaiknya sudah matang atau sudah menjadi tanah.  Pupuk yang mentah biasanya masih panas sehingga dapat menyebabkan tanaman cabe menjadi layu dan mati.
3.  Pembuatan Bedengan
Bedengan dapat dibuat dengan ukuran lebar sekitar 90, 100 atau 125 cm dengan melihat kondisi tanah. Tinggi bedengan sekitar 20-30 cm , tergantung keadaan lahan , kalau lahan sering tergenang air pada waktu musim hujan maka bedengan dipertinggi.   Jarak antar bedengan sekitar 40-5- cm atau dapat dipersempit menjadi 30-35 cm.
4.  Pupuk Dasar
Pada waktu menanam cabe , tanah harus tersedia unsur hara yang cukup, maka bedengan yang telah dipersiapkan dapat diberi pupuk organik berupa pupuk kandang yang sudah matang.  Pupuk tersebut dapat disebarkan ke seluruh permukaan bedengan atau hanya ditempat tanaman cabe akan ditanam. Selain itu dapat ditambahkan pula pupuk SP 36 100 kg perhektar untuk menambah unsur P sedangkan pupuk lainnya dapat diberikan kemudian.
5.  Penanaman
Bibit cabe dapat dipindahkan setelah tumbuh setinggi kira-kira 15 cm di pesemaian.  Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 90 cm.  Pada saat pengambilan semai di lapangan atau semai kotak dapat menggunakan solet yang ditusukan dengan cara miring dan diangkat keatas sehingga semai akan terangkat ke atas. Tempat yang akan ditanami semai dibuat lubang sedalam akar tunggang.  Setelah ditanam segera disiram  dan diberi penutup pelepah pisang atau daun-daunan supaya tidak layu.  Bila semai berasal dari kantung plastik, maka kantong plastik harus disobek lebih dulu  pelan-pelan sehingga media tanahnya tidak pecah. Kalau media tanam pecah ada kemungkinan tanaman akan menjadi layu.  Bila plastik tidak disobek lebih dulu , di kemudian hari akar akan melingkar tidak dapat berkembang.  Setelah bibit cabe ditanam sebaiknya segera disiram air untuk menjaga kelembaban dalam tanah dan kelembaban tanaman.
6.  Penyiraman, drainase dan mulsa
Tanaman cabe sebaiknya sering disiram terutama pada saat musim kemarau karena tanahnya cepat kering.  Tanaman yang  terlalu lama kekeringan maka pertumbuhannya akan kerdil .  Untuk menghindari kekeringan dapat menggunakan mulsa dari dedaunan maupun dari jerami padi,  Mulsa dari daun lama kelamaan akan menjadi pupuk organik sehingga menambah kesuburan tanah.
Jika menanam cabe pada musim hujan diusahakan jangan sampai tergenang air.  Bila tanaman cabe terlalu lama tergenang air, akar-akarnya dapat menjadi busuk, daun mudah rontok dan akhirnya tanaman mati.
7.  Penyiangan
Bila di lahan banyak gulma maka harus segera disiangi agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman cabai untuk mendapatkan unsur hara.  Jika dalam jangka waktu lama gulma tidak segera disiang, tanaman cabe akan menjadi kurus dan kerdil.  Namun pencabutan gulma perlu dilakukan hati-hati agar tidak merusak tanaman cabenya.  Untuk mengurangi munculnya gulma dapat juga menggunakan herbisida sebelum bibit cabe ditanam.
8.  Penggemburan
Tanah yang terlalu padat harus digemburkan dengan cara dicangkul (didangir) .  Tanah yang gembur peredaran udaranya menjadi lebih baik, sehingga perakaran menjadi lebih sehat.  Pada waktu menggemburkan tanah harus hati-hati, jangan terlalu dalam sebab jika terlalu dalam dapat merusak perakaran.  Akar yang luka tau putus juga mudah terkena infeksi sehingga tanaman menjadi sakit dan mati.
9. Pemupukan
Tanaman cabe yang telah ditanam sekitar satu minggu dapat segera dipupuk dengan pupuk N, K atau campuran urea dan KCl sebanyak 2 gram setiap tanaman.  Pupuk SP 36 tidak perlu diberikan lagi karena sudah diberikan sebelum penanaman sebagai pupuk dasar.  Pada waktu melakukan pemupukan tidak boleh mengenai batang karena akan merusak batang.  Pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu dipupuk lagi sebanyak 5 gram per pohon.  Penggunaan pupuk daun maupun zat perangsang tumbuhan dapat diberikan sesuai dosis anjuran dalam label kemasan.
10. Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman cabe banyak diserang hama seperti thrips, kutu daun, lalat buah  dan lainnya , serta penyakit seperti antraknosa, layu bakteri, layu fusarium, bercak daun cercospora, busuk buah , daun keriting.
















BAB III
METODOLOGI

A.    Tempat dan waktu praktikum
Penelitian dilaksanakan di lahan praktikum Universitas Kaltara Tanjung Selor Fakultas Pertanian Jalan Sengkawit Kecamatan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan. Mempunyai ketinggian tempat 850 meter di atas permukaan laut, dengan jenis tanah regosol. Waktu pelaksanaan praktikum Maret – Juni 2013.
B.    Rancangan percobaan
Praktikum ini merupakan percobaan dengan menggunakan bedengan menggunakan rancangan perlakuan factorial 3 x 3 +1 kontrol yang disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK).
Factor 1. macam pupuk organic yang terdiri dari 3 aras
O1     = pupuk kandang
O2     = pupuk kompos
O3     = pupuk kascing
Factor 2. dosis pupuk organic terdiri aras
D1     = dosis 5 ton/ha setara 20,8 g/tan
D2     = dosis 10 ton/ha setara 42 g/tan
D3     = dosis 15 ton/ha setara 62,5 g/tan
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan + 1 kontrol. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali dan masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 3 tanaman. Jadi jumlah seluruh tanaman 9 + 1 x 3 x 3 = 90 tanaman
Data hasil percobaan dianalisis dengan sidik ragam (analysis of variance) 3 x 3 faktorial + 1 kontrol dalam CRD pada jenjang nyata 5 %, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan ( Duncan’s New Multiple Range Test ).
C.    Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih cabe, pupuk kandang sapi, pupuk kompos, pupuk bekas cacing, regosol, furadan 3-G, Dithane M-45, Cucacron, Pegasus dan Agrimisyn.
Alat yang digunakan adalah timbangan elektrik, jangka sorong, penggaris, cangkul, cetok, gembor, hand sprayer, bambu, plastic transparan, tali raffia, polybag 8x9 cm, polybag 40x42 cm, label dan ayakan diameter 2 mm.

1 komentar: