Jumat, 06 September 2013

LAPORAN KJT



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel tanaman. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau medium dalam hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga merupakan teknik untuk meristem.
Sel yang berasal dari spesies tanaman apapun dapat dibiakkan atau dikulturkan secara aseptic pada atau dalam medium hara. Kultur biasanya dimulai dengan menanamkan satu iris jaringan steril pada medium hara yang dipadatkan dengan agar. Dalam waktu 2-3 minggu akan terbentuk kalus. Kalus semacam ini dapat disubkulturkan dengan memindahkan potongan kecil pada agar segar.
Jika diinginkan kultur suspensi sel kalus dipindahkan pada medium cair, dan wadahnya kemudian ditempatkan pada pengocok. Berangsur-angsur dalam waktu beberapa minggu dan dengan melakukan subkultur, akan didapat kultur suspensi sel. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kalus dan kultur suspense sel amat beragam, dan terutama bergantung pada jaringan eksplan dan komposisi medium kultur.
Kultur suspensi sel terdiri dari campuran agregat sel, kumpulan sel, dan sel tunggal. Laju pertumbuhan demikian biasanya lebih cepat daripada agar. Teknik ini memberikan pengandalian lingkungan tumbuh yang lebih baik, karena kebanyakan sel akan dikelilingi oleh mediumnya. Karena alas an yang sama, bahan sel akan lebih seragam secara faali. Baik kultur kalus maupun kultur suspensi sel dapat diperoleh dari berbagai spesies. Kemudahan memulai kultur bergantung pada jenis tanaman dan awal jaringan. Metode yang dikemukakan ini cocok untuk memulai kultur tumbuhan berbiji.
Selama ini kultur jaringan dikenal sebagai teknik perbanyakan tanaman yang mahal karena harus menggunakan aneka bahan kimia yang mahal harganya. Dalam perkembangannya, kini proses-proses kultur jaringa sudah dapat disederhanakan dengan menggunakan alat dan bahan yang lebih murah dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

B.       Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan medium kultur jaringan tanaman skala rumah tangga dengan menggunakan alat dan bahan yang sedrhana.





BAB II
DASAR TEORI
A.      Mengenal kultur jaringan
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan memperbanyak jaringan mikro tanaman yang ditumbuhkan secara in-vitro menjadi tanaman yang sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas. Yang mendasari kultur jaringan adalah totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel organ tanaman mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna bila ditempatkan di lingkungan yang sesuai. Salah satu pembeda sel tumbuhan dengan sel hewan dengan adanya dinding sel pada tumbuhan. Dinding sel tumbuhan itu selain berfungsi untuk member bentuk pada sel juga sebagai barier mekanis kenyang memisahkan sel dari lingkungan luarnya. Pada kenyataannya sel yang satu dengan yang lain, yang menyusun suatu jaringan, meskipun secara fisik dibatasi oleh membrane plasma dan dinding sel, tidaklah terisolasi dan masih dapat berhubungan lewat plasmodesmata (symplast). Implikasi dari kenyataan ini adalah adanya kontinuitas sitoplasmatik. Dengan kata lain, informasi genetic yang berawal dari zigot itu akan tersebar ke seluruh sel penyusun tubuh tumbuhan. Dengan demikian seluruh sel tumbuhan memiliki semua informasi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang biak. Sel yang demikian disebut totipoten.
Tujuan dari penggunaan teknik kultur jaringan adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu yang lebih singkat. Banyak tanaman dapat dibudidayakan dengan cara ini, seperti anthurium, anggrek, akasia, ekaliptus, jati, jelutung, gaharu, sengon, sonokeling, dan juga berbagai jenis pisang.
Kegunaan kultur jaringan diantaranya untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar yang mempunyai sifat unggul, bebas virus, metabolit sekunder, pelestarian plasma nuftah yang hampir puanh, percepatan pemuliaan tanaman, termasuk rekayasa genetika tanaman. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, namun untuk kultur jaringan sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda agar lebih cepat tumbuh. Bagian yang mudah tumbuh ini adalah bagian meristem, organ tanaman yang sifat pertumbuhannya agresif, misalnya daun muda, ujung akar, keeping biji dan lain-lain.
Dalam kultur jaringan kita mengambil bagian tanaman seperti sel, jaringan, atau organ, dan kemudian menumbuhkannya secara aseptic (suci hama) di dalam atau diatas media budi daya sehingga bagian tanaman itu memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Kultur jaringan didasari oleh teori sel yang dikemukakan dua ahli biologi dari Jerman, MJ. Schleiden dan Schwan. Secara tidak langsung teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat otonom dan mempunyai totipotensi. Sel bersifat otonom berarti dapt mengatur rumah tangganya sendiri. Di sini yang dimaksuda adalah sel dapat bermetabolisme, tumbuh dan berkembang secara independen jika dipisahkan dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel tumbuhan, baik sel somatik atau vegetative maupun sel genetic, untuk beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali.
Kultur jaringan sangat menguntungkan karena memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya :
1.    Untuk pengadaan bibit tidak lagi bergantung pada musim
2.    Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relative cepat (dari satu mata tunas, dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 bibit)
3.    Bibit yang dihasilkan bersifat seragam
4.    Bibit yang dihasilkan bebas penyakit, asalkan diambil dari organ tertentu yang bebas penyakit.
5.    Biaya pengangkutan bibit relative lebih murah dan mudah
6.    Proses pembibitannya bebas dari gangguan hama, penyakit dan deraan lingkungan lainnya.
B.       Permasalahan kultur jaringan
Dalam kegiatan kultur jaringan tidak sedikit masalah yang dapat muncul sebagai penghambat atau bahkan penyebab kegagalan. Gangguan kultur dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya. Permasalahan dalam kultur jaringan ada yang dapat diprediksi dan ada pula yang sulit diprediksi. Untuk yang tidak dapat diprediksi, tidak dapat diatasi dengan cara preventif, tetapi harus diselesaikan setelah kasusnya muncul.

Masalah-masalah yang sering terjadi dalam kultur jaringan antara lain:
1.    Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bisa dipahami sebagai konsekuensi yang sangat wajar atas penggunaan media yang diperkaya. Fenomena kontaminasi sangat beragam, dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dll).

2.    Pencokelatan (browning)
Pencokelatan adalah suatu keadaan dimana muncul warna cokelat atau hitam yang menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan. Peristiwa pencokelatan sesungguhnya merupakan peristiwa alami yang bisa terjadi. Pencokelatan umumnya merupakan tanda akan adanya kemunduran fisiologi eksplan. Tidak jarang kondisi itu diakhiri dengan kematian eksplan.
3.    Vitrifikasi
Vitrifikasi menunjuk pada problem kultur jaringan yang ditandai dengan :
a.       Terjadinya pertumbuhan yang tidak normal
b.      Tanaman yang dihasilkan pendek atau kerdil
c.       Pertumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter
d.      Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent
e.       Daunnya tidak memiliki jaringan pollisade
4.    Variabilitas genetic
Bila kultur jaringan digunakan untuk perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak, bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman, maka variasi genetic merupakan kendala. Variasi genetic dapat terjadi pada kulur invitro karena :
a.       Laju multiplikasi yang tinggi. Variasi terjadi karena terjadinya subkultur berulang yanag tidak terkontrol.
b.      Penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetic paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur suspensi sel yang disebabkan oleh munculnya sifat instabilitas kromosom. Hal itu mungkin disebabkan oleh teknik kultur, media, atau hormone.
5.    Pertumbuhan dan perkembangan
Problem utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, mulai dari tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati namun juga tidak tumbuh.
Untuk menghindari kondisi itu maka dilakukan upaya preventif dengan tidak memakai bahan tanam yang tidak juvenile atau tidak meristematik mengingat awal pertumbuhan eksplan dimulai dari sel-sel muda yang aktif membelah atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juga menjadi penyabab terjadinya stagnasi pertumbuhan. Media yang tepat dapat mendorong eksplan untuk melakukan proses pembelahan dan pembesaran.
Pada proses kultur jaringan yang bersifat inderict embryogenesis, tahap pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan melakukan embriosomatik dari sel-sel kalus. Embrio somatic dapat terjadi secara endogen maupun eksogen.
6.    Praperlakuan
Masalah yang terjadi pada kegiatan invitro bukan hanya pada penanaman eksplan saja. Pertumbuhan dan perkembangan eksplan dalam botol sangat dipengaruhi oleh pemenuhan persyaratan dalam kegiatan pra-perlakuan. Masalah serius akan muncul bila kegiatan praperlakuan tidak dilakukan dengan baik.
Praperlakuan dilakukan dalam rangka menghilangkan berbagai hambatan yang mungkin muncul, seperti hambatan kemikalis, fisis, biologis. Untuk menangani hambatan yang berupa bahan kimia harus dimulai dengan mengenali senyawa akif yang ada dalam media, potensi gangguan, proses reaksi, dan alternative pengelolaannya.


7.    Lingkungan mikro
Lingkungan incubator tidak boleh diabaikan karena juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan incubator sangat menentukan optimalitas pertumbuhan eksplan. Sushu optimal untuk tanaman yang satu dengan tanaman yang lain pun berbeda. Namun demikian juga tidak mungkin untuk membuat ruangan incubator memiliki suhu yang bervariasi sesuai kebutuhan pertumbuhan masing-masing kultur.

C.      Keberhasilan kultur jaringan
Keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :
1.    Bentuk regenerasi dalam kultur: pucuk aksilar, pucuk adventif, embriosomatik, pembentukan protocorm like bodies, dan lain-lain
2.    Ekspaln, adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotype/varietas, umur ekspaln, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovary muda, anther, embrio dan lain-lain.
3.    Media tumbuh, yang mana di dalam media tumbuh itu terkandung komposisi garam an-organik dan zat pengatur tumbuh. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, anatara lain Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), knop, Knudson-C, Anderson, dll. Media yang paling sering digunakan adalah MS.
4.    Zat pengatur tumbuh tanaman, yang mana factor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan auksin seperti Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetc Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan IBA. Golongan sitokinin seperti kinetin, Benziladenin (BA), 2l-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5.    Lingkungan tumbuh yang mempengaruhi regenerasi tanaman, meliputi temperature, panjang penyinaran, intensitas  penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.







BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-bahan, dan prosedur sebagai berikut :

A.      Alat-alat yang digunakan
·      Kompor gas
·      Autoklaf
·      Tabung/botol media
·      Timbangan
·      Weker
·      Spatula
·      Panci
·      Tabung ukur

B.       Bahan-bahan yang digunakan
·         Air kelapa 150 ml
·         Agar 7 gr
·         Gula pasir 20 gr
·         Pupuk Hyponex/gandasil 2 gr.
·         Air

C.      Prosedur praktikum
Pembuatan media alternative organic :
·      Siapkan air dalm wadah sebanyak 500 ml
·      Timbang pupuk Hyponex/gandasil 2 gr
·      Timbang gula pasir 20 gr
·      Timbang agar 7 gr
·      Siapkan air kelapa 150 ml
·      Masukkan Hyponex/gandasil, gula, agar, air kelapa ke dalam wadah satu persatu diaduk hingga larut. Tambahkan air hingga mencapai 1 liter.
·      Masak media hingga mendidih
·      Tuangkan media ke dalam botol-botol kultur sekitar 2-3 cm
·      Botol-botol yang telah terisi media ditutup dengan menggunakan plastic dan karet
·      Media siap disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 17,5 psi/0.0105 Mpa selama 25 menit.
·      Setelah disteril, keluarkan botol-botol dari autoklaf lalu diikat karet sekali lagi.
·      Lalu dimasukkan ke dalam kantung plastic besar, lalu disimpan selama minimal 1 minggu, setelah itu media siap digunakan.


BAB IV
PEMBAHASAN
Pembuatan media kultur jaringan sederhana
Media merupakan factor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri atas garam mineral, vitamin, dan hormone. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormone) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya, tergantung tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media juga harus disterilkan dengan memanaskannya dengan autoklaf.
Alat-alat untuk pembuatan media kultur jaringan memang mahal, namun merupakan investasi yang cukup bagus. Jika kita akan melakukan kultur jaringan dan hanya memiliki sedikit modal maka kita dapat membeli media buatan yang sudah jadi. Sejumlah media buatan yang sudah jadi bisa kita beli dari sejumlah laboratorium universitas. Jika ingin membuat media yang murah meriah maka kita dapat menggunakan pupuk majemuk yang mengandung sejumlah unsure hara yang diperlukan tanaman dengan menambahkan agar-agar untuk menumbuhkan tanaman. Sterilisasi dapat dilakukan dengan panic presto, bahkan dandang. Meski hasilnya tidak sebagus cara modern, namun cukup membantu.
Sejumlah bahan alami dapat digunakan untuk mengganti bahan-bahan kimia untuk kultur jaringan, di antaranya air kelapa, yang bisa digunakan untuk kultur jaringan pada anggrek. Air kelapa memang tidak bisa langsung digunakan untuk kultur jaringan pada anggrek. Komposisi untuk media anggrek dan kultur jaringan berbeda. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa takaran air kelapa yang pas adalah 150 ml air kelapa per liter media. KNO3 murni yang mahal harganya bisa diganti dengan pupuk NPK yang mudah ditemukan di toko pertanian. Unsur makro, mikro, vitamin sumber energy, bahan organic seperti asam amino dan asam lemak, pemadat, serta hormone. Untuk menghemat biaya, pisang ambon juga dapat digunakan sebagai bahan media kultur jaringan. Pisang ambon mengandung karbohidrat berenergi tinggi. Setiap 100 g berat kering pisang mengandung 136 kalori. Taoge mengandung antioksidan, vitamin E, kanvalin – jenis asam amino dan hormone auksin. Sementara buncis mengandung protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar, dan mineral. Namun yang lebih penting dari buncis adalah kandungan sitokininnya yang mampu memacu peryumbuhan tunas.
Kerapatan botol kultur jaringan harus diperhatikan. Selapis plastic tak bisa menahan tekanan dari luar yang cukup besar. Karet gelang pun akan memuai jika terkena panas hingga 2 karet tak cukup kencang untuk mengikat plastic penutup botol. Bila memuai, ikatan akan mengendor sehingga bakteri akan masuk dan beranak pinak dalam botol yang kaya hara. Idealnya digunakan 5 lapis plastic transparan dengan 50 karet gelang untuk mengikatnya. Setelah tumbuh besar maka yang harus dilakukan adalah mengeluarkan bibit tanaman dari botol dan kemudian menanamnya secara berkelompok dengan media campuran sekam bakar dan cocopeat.





















BAB V
KESIMPULAN
·        Media merupakan factor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
·        Media yang digunakan biasanya terdiri atas garam mineral, vitamin, dan hormone. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula dan lain-lain
·        Sejumlah bahan alami dapat digunakan untuk mengganti bahan-bahan kimia untuk kultur jaringan, di antaranya air kelapa, yang bisa digunakan untuk kultur jaringan pada anggrek.
·        Berbagai penelitian menunjukkan bahwa takaran air kelapa yang pas adalah 150 ml air kelapa per liter media.
·        Untuk menghemat biaya, pisang ambon juga dapat digunakan sebagai bahan media kultur jaringan. Pisang ambon mengandung karbohidrat berenergi tinggi. Setiap 100 g berat kering pisang mengandung 136 kalori.
·        Jika ingin membuat media yang murah meriah maka kita dapat menggunakan pupuk majemuk yang mengandung sejumlah unsure hara yang diperlukan tanaman dengan menambahkan agar-agar untuk menumbuhkan tanaman.


DAFTAR PUSTAKA
Wetter, L.R., Constabel, F., 1991, Metode Kultur Jaringan Tanaman, edisi ke-2, Bandung : ITB
Yuliarti, Nurheti. 2010, Kultur jaringan tanaman skala rumah tangga, Andi. Yogyakarta













LAMPIRAN

( Perkenalan Alat kjt )
(  Kegiatan Penimbangan  )


( MG (Murashige-Skoog) )

(  Penempelan nama pada tabung gelas )


( Ekpelan   )
( Gelas tabung dalam autoklaf)


(Botol kultur  )
( Menunggu proses sterilisasi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar